JURNALIS.co.id – Sampah menjadi salah satu masalah yang dihadapi Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Singkawang memiliki peran penting untuk mengatasi masalah peningkatan volume sampah.
DLH Kota Singkawang terus berupaya melakukan penanganan terhadap permasalahan peningkatan volume sampah. Seperti halnya, melalui kegiatan bakti sosial, pembentukan Tempat Penampungan Sementara (TPS), hingga melakukan imbauan baik menggunakan spanduk maupun melalui media sosial.
Kendati demikian, usaha tersebut belum berhasil secara maksimal. Hingga kini, DLH Kota Singkawang berinovasi dengan membuat alat yang dapat mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan nama pirolisis. Melalui pirolisis tidak hanya masalah sampah, melainkan juga dapat mengatasi masalah lain, seperti kelangkaan solar, meningkatkan perekonomian, dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Dedi Afandi, Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kota Singkawang mengatakan bahwa dirinya berupaya melakukan inovasi untuk mengatasi masalah sampah. Sehingga, dia berhasil menemukan cara untuk membuat teknologi pirolisis atau alat pengelolaan yang mampu mengubah sampah plastik menjadi BBM.
“Saya sendiri membuat alat pengelola sampah plastik jadi bahan bakar belajar dari YouTube, kemudian saya desain dan kembangkan sendiri. Untuk pembuatan saya berkerjasama dengan tukang las,” kata Dedi Afandi, Selasa (10/08/2022).
Menurut Dedi Afandi, kualitas BBM yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik memiliki kualitas cukup baik. Mengingat, dia telah mencoba sendiri BBM hasil teknologi pirolisis untuk dijadikan bahan bakar. Sehingga sangat efektif jika teknologi tersebut dibuat dalam skala besar untuk mengelola sampah.
“Dari minyak ini kita sudah lakukan percobaan dan bisa, bahkan saya coba juga untuk mesin perahu saya waktu pergi mancing undang. Alhamdulillah dari percobaan-percobaan tersebut semua baik. Untuk dihasilkan dari 2kg plastik bisa menjadi sekitar 1,8 Liter, sedangkan biaya operasional cukup murah, karena dapat menggunakan kayu bakar,” terang Dedi Afandi.
Harapan Dedi Afandi, melalui adanya teknologi pirolisis dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan nilai jual sampah. Tantunya, hal itu akan berdampak besar terhadap kebersihan lingkungan dan peningkatan perekonomian masyarakat Kota Singkawang.
“Kita harapkan dengan adanya teknologi pirolisis, masyarakat sadar bahwa sampah itu memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian dan keberhasilan lingkungan. Jadi jika alat ini sudah dibuat untuk skala yang lebih besar, sampah-sampah akan kita jadikan BBM dan juga kita jadikan pupuk, sehingga memiliki nilai jual, serta menjadi inovasi untuk mengatasi kelangkaan solar,” harap Dedi Afandi.
Terakhir, Dedi Afandi menjelaskan bahwa teknologi pirolisis tidak hanya mampu mengatasi masalah sampah melainkan, menjadi solusi dari kelangkaan solar. Namun, ketersediaan pirolisis di Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) masih dalam skala kecil. Sehingga, untuk membuat teknologi pirolisi dalam skala besar sangat membutuhkan dukungan dari Pemkot Singkawang.
“Sementara kapasitas pirolisis baru mampu mengelola kurang lebih 50kg sampah plastik perhari. Tentunya untuk membangun teknologi pirolisis dalam skala yang lebih besar dan menambah kapasitas pengelolaan sampah setiap hari, jelasnya kami berharap Pemkot Singkawang dapat memberikan dukungan. Sehingga kami dapat membangun teknologi pirolisis yang lebih besar,” pungkas Dedi Afandi. (gun)
Discussion about this post