
Muhammad Firdaus, Resmi dilantik sebagai Rektor IKIP PGRI Pontianak Masa Bhakti 2022-2026 pada Selasa 24 Mei 2022. Ia terpilih secara aklamasi sebagai nahkoda baru salah satu Kampus Swasta terbesar di Kalimantan Barat tersebut. Selain itu, beliau juga tercatat sebagai Rektor termuda di Kalimantan Barat yang saat dilantik berusia 40 tahun.
JURNALIS.co.id, Pontianak
PRIA karib disapa Firdaus ini mengawali kariernya sebagai dosen di IKIP pada tahun 2007. Di awal karier amanahnya sebagai Kasubag Kemahasiswaan. Setelah itu, ia dipercaya sebagai Kabag Kamahasiswaan.
Setelah lulus S2 dari Universitas Sebelas Maret Solo dan kembali mengabdi di kampus, karier Firdaus semakin gemilang. Ia terpilih sebagai Dekan Fakultas MIPA dan Teknologi selama dua periode. Purna tugas sebagai Dekan, tahun 2018 ia terpilih menjadi Wakil Rektor (Warek) II Bagian Administrasi Umum dan Keuangan. Selanjutnya terpilih sebagai Rektor IKIP PGRI Pontianak.
Namun, kesuksesan karier di usia muda diraih bukan serta merta tanpa rintangan dan proses yang panjang. Kisah hidup Sang Rektor Muda ini penuh dengan dinamika lika-liku perjuangan yang mesti diambil hikmahnya bagi segenap khalayak, terutama generasi muda.
Muhammad Firdaus lahir di Kendawangan 14 November 1981. Putra kedua dari dua bersaudara pasangan Mansyur Yus (alm) dan Hj Rusmayati Herkan. Kakak semata wayangnya bernama Yuliana. Di tahun 2006, ia mempersunting pujaan hatinya bernama Aryani dan saat ini dikarunia dua orang anak perempuan yang diberi nama Kirana Firdiani Rahmawati dan Nadila Firdiani.
Firdaus kecil tumbuh seperti anak di desa pada umumnya yang akrab ber-rutinitas dengan alam. Tetapi, hal lain yang menjadi warna pada masa kecil Firdaus, bahwa ia harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan membantu orang tuanya mencari nafkah untuk menyambung hidup. Pengalaman itulah kelak yang membentuk mentalnya menjadi seorang petarung kehidupan tangguh sekaligus melatih skill untuk bekal kepemimpinannya.
Masa kecil hingga remaja berbagai pekerjaan pernah dilakoni sosok akademisi ini demi membantu orang tuanya. Ditemui langsung dikediamannya, ayah dua orang anak ini menceritakan ia pernah berjualan kue (makanan ringan) buatan ibundanya keliling kampung. Bahkan tuturnya, ia tidak berani untuk pulang kerumah sebelum jualannya tersebut ludes terjual.
Mensiasati supaya dagangannya laku, Firdaus pun menawarkan satu per satu dengan warga yang menjadi target pembeli dengan sedikit merayu. Setelah banyak terjual, barulah ia berani pulang ke rumah. Sambil berjualan terkadang juga diselinginya dengan bemain bersama teman sebaya, sedangkan dagangannya digantung di pohon.
Selain berjualan kue, dia terkadang menjual ikan keliling hasil tangkapan keluarganya, berjualan makanan saat acara malam (hiburan rakyat) di kampungnya, membuka warung makan sederhana bersama ibu dan kakaknya di Desa Banjarsari hingga mengambil upah tebas bersama teman-temannya.
Tiba masa selesai menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Firdaus sempat menjadi pekerja kasar kayu gelondongan di daerah Kalimatan Tengah sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi.
Di balik kerasnya masa kecil yang dilaluinya, Firdaus tetap menunjukan semangat tinggi dalam dunia pendidikan. Ia termasuk anak yang berprestasi dengan rutin mendapat peringkat di kelas. Begitu juga dengan aktivitas sosial kemasyarakatan, Firdaus sudah menekuni dunia manajamen masyarakat tersebut sejak usia dini.
Potensinya sebagai seorang pemimpin terlihat kala ia aktif di berbagai organisasi seperti Remaja Masjid dan lain-lain. Bahkan, ia juga sangat menggandrungi dunia politik saat usia remaja dengan turut serta mensukseskan perhelatan Pemilu di kampungnya dengan menjadi saksi dan sebagainya.
Hal itulah yang menjadi cikal bakal Firdaus tumbuh menjadi seorang aktifis mahasiswa dan sebagai salah satu tokoh sentral dalam dunia gerakan mahasiswa di Kampusnya dan di Kota Pontianak pada masa ia berstatus mahasiswa.
Awal Kuliah Hingga Dinamika Kampus
Sebagai anak dari daerah, Firdaus kala itu tentu tidak memiliki wawasan luas tentang dunia perkuliahan. Ia sempat dilema akan pilihan yang tepat terkait jurusan yang akan ditempuh. Akhirnya karena minat tinggi pada dunia sosial masyarakat Firdaus memutuskan untuk menuju jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai tempat menimba ilmu.
Namun, pilihan tersebut tidak mendapat restu Sang Ibunda yang justru menginginkan Firdaus menjadi seorang guru. Karena ia memegang prinsip hidup ‘taat pada ibu’ Firdaus pun tanpa pikir panjang mengikuti arahan ibunya tersebut. Tibalah masa Kampus STKIP PGRI Pontianak (Sekarang IKIP) yang menjadi pelabuhan terakhir pencariannya mencari tempat mengasah kemampuan akademis dan intelektualitas.
Di Kampus STKIP inilah bakatnya bertemu tempat yang tepat. Di sini Firdaus tidak sebatas mendalami ilmu akademis sesuai program studi belaka, ia juga menggali dunia organisasi berbasis sosial politik sesuai apa yang menjadi hobinya sejak usia dini.
Firdaus bergaul dengan banyak orang serta para senior di gerakan mahasiswa hingga akhirnya ia pun memilih dan berkecimpung aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai wadah ekspresinya berdinamika dan mengasah skill kepemimpinan. Bahkan Firdaus mengakui berhutang budi dengan PMII karena di situlah ia banyak mendapatkan ilmu, wawasan hingga jaringan.
Setelah menjadi Kader PMII, Firdaus juga berhasil terpilih menjadi Presiden Mahasiswa atau Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selama dua tahun berturut-turut dan tergabung dalam Aliansi BEM se-Kota Pontianak (BEM-Kota).
Ia pun semakin tumbuh menjadi Aktifis Mahasiswa yang kritis dan militan bergerak menyuarakan aspirasi rekannya sesama mahasiswa dan aspirasi rakyat. Berbagai aksi demonstrasi mahasiswa pernah dipimpin Firdaus baik di dalam maupun di luar kampus.
Salah satu isu besar yang pernah disuarakan dan dikawal Firdaus yakni masalah akreditasi kampus saat itu yang belum jelas statusnya dan mengusut kasus penembakan yang menyebabkan hilangnya nyawa salah satu mahasiswa di Kota Pontianak pada masa transisi reformasi tahun 2000 silam serta menuntut apa yang semestinya menjadi hak-hak korban tersebut.
Jualan Koran Bekas dan Tidak Naik Kelas
Pepatah bijak mengatakan ‘masa lalu menjadi kenangan dan pelajaran, masa depan adalah misteri dan harapan’. Tak seorang pun pernah tau akan retak tangan seseorang yang telah menjadi ketetapan Tuhan. Dan Tuhan pula yang berkehendak sesuai prasangka, doa dan kerja keras hambanya. Oleh karenanya, jangan pernah putus asa dan memandang orang sebelah mata.
Itulah yang tepat disematkan kepada sosok Firdaus sebelum meniti karier sebagai akademisi. Semasa kuliah ia pernah nyambil jualan koran bekas di pelabuhan pada malam hari untuk alas duduk dan tidur para penumpang kapal. Namun ia memutuskan berhenti berjualan karena mengganggu kuliahnya.
Tak patah arah, Ia kembali mencari pekerjaan demi membantu mencukupi kebutuhan hidup dan biaya kuliahnya hingga akhirnya diterima bekerja sebagai tim survei pada perusahaan rokok dengan gaji Rp800 ribu per bulan. Setelah menyelesaikan studi S1 dari STKIP PGRI Pontianank saat itu, Firdaus juga sempat kembali ke kampung halamannya Kendawangan bekerja sebagai Guru Honorer SMPN 1 Kendawangan dan SMKN 1 Kendawangan.
Selain itu, siapa sangka Sosok Orator ulung ini juga pernah mengalami pengalaman pahit dalam hidupnya yakni pernah tidak naik kelas saat SMA di Kota Ketapang. Ia terpaksa harus mengulang dan kembali sekolah di SMA Swasta di Kampungnya Kendawangan. Diakui Firdaus hal itu akibat dirinya sempat terjerumus dalam kenakalan remaja hingga membuat pendidikannya terganggu.
Tetapi belajar dari kisah hidup Firdaus, semua patut menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda, bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini selagi kita tetap optimis, tangguh dan selalu bekerja keras yang diiringi doa restu bunda. Seperti apapun kondisi ekonomi, lingkungan atau masa lalu, semua bukan alasan utama penghambat kesuksesan.
Sukses itu adalah hak semua anak bangsa tanpa terkecuali. Selain itu tidaklah pantas jika kita meremehkan, merendahkan orang lain yang mungkin saat ini terlihat lemah dan bermasalah. Karena masa depan adalah misteri dan menjadi hak prerogratif sang ilahi untuk menunjuk pada siapa suskes itu berlabuh. (Az)
Discussion about this post