JURNALIS.co.id – Pembangunan kantor Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bontai, Kecamatan Jongkong, Kabupaten Kapuas Hulu diduga bermasalah. Pasalnya, kantor BUMDes yang dibangun tahun sekitar tahun 2020 atau 2021 tersebut ambruk sebelum difungsikan atau digunakan.
Zainudin Kepala Desa Bontai membenarkan ambruknya bangunan kantor BUMDes tersebut. “Iya benar, ada kantor BUMDes Desa Bontai yang ambruk, namun kantor BUMDes yang ambruk tersebut dibangun sebelum saya menjabat sebagai Kades, melainkan dijabat oleh Kades sebelumnya,” katanya saat ditemui di rumahnya, Sabtu (06/05/2023).
Zainudin yang merupakan Kades Penggantian Antar Waktu (PAW) yang dilantik Bupati Kapuas Hulu pada 28 Januari 2023 lalu menjelaskan kantor BUMDes yang ambruk tersebut dibangun sekitar tahun 2021 lalu.
“Kalau untuk berapa total anggarannya, saya tidak mengetahuinya,” ucapnya.
Zainudin berharap kepada Kades sebelumnya, agar dapat memperbaiki bangunan yang ambruk tersebut.
“Harapan saya kepada Kades sebelumnya supaya memperbaiki bangunan tersebut, sebagai bentuk tanggungjawabnya,” harap Zainudin.
Sadikin Pratama Putra, warga dan salah seorang tokoh masyarakat Desa Bontai menyayangkan ambruknya bangunan kantor BUMDes tersebut. Dia menilai, bangunan ambruk lantaran diduga pengerjaannya kurang maksimal.
“Saya selaku masyarakat tentunya sangat menyayangkan atas ambruknya bangunan tersebut karena dana desa seharusnya digunakan sebaik mungkin untuk pembangunan yang berkualitas,” ucap Sadikin.
Sementara itu, Suparto mantan Kades Bontai dengan tegas membantah bahwa penyebab ambruknya kantor BUMDes tersebut bukan karena kesalahan kontruksi bangunannya. Melainkan kesalahan pihak pemborong (kontraktor) proyek pembangunan tower yang ada di samping bangunan Bumdes tersebut. Dimana pihak kontraktor pembangunan tower tersebut menyimpan (menumpuk) puluhan sak (karung) semen di tangga kantor BUMDes tersebut.
“Saya yakin bahwa penyebab ambruknya kantor BUMDes ini dikarenakan puluhan sak material berupa semen ditumpuk di situ oleh pihak kontraktor pertama pembangunan tower ini. Apalagi saat itu semen ini sempat terendam banjir sehingga bobotnya tentunya semakin bertambah berat,” bantahnya.
Suparto menegaskan selaku mantan Kades, dirinya meminta pertanggungjawaban dari pihak kontraktor pertama pembangunan proyek tower tersebut.
“Saya sudah berusaha meminta pertanggungjawaban dari pihak kontraktor pertama proyek pembangunan tower ini. Sementara pihak kontraktor kedua saat ini mengatakan bahwa bukan merupakan tanggungjawabnya karena pekerjaan telah diambil alih.
“Namun pihak kontraktor pertama tidak bisa dihubungi, sehingga saya juga tidak bisa memperbaikinya secara sepihak karena ini bukan murni kesalahan saya selaku mantan Kades,” jelas Suparto.
Disinggung berapa total dana desa yang digunakan dalam pembangunan kantor BUMDes tersebut, Suparto tidak bisa menjelaskan secara rinci.
“Anggaran yang digunakan dalam pembangunan kantor BUMDes ini tidak sampai Rp100 juta,” pungkas Suparto.
Dari hasil di lapangan, amblasnya kantor BUMDes yang belum sempat digunakan tersebut, tampak beberapa dindingnya retak dan tiang depannya patah serta tangganya ikut amblas.
Adapun terkait keberadaan pembangunan tower yang material semennya disimpan di kantor BUMDes tersebut, terletak berdekatan, dimana tower tersebut masih dalam tahap pengerjaan oleh kontraktor yang berbeda dari sebelumnya. (opik)
Discussion about this post