JURNALIS.co.id – Keluarga dua tersangka anggap ada kejanggalan dalam pengungkapan kasus penyeludupan sabu seberat 15,5 kilogram oleh personel Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonarmed 10/Bradjamusti bersama tim gabungan di wilayah perbatasan RI – Malaysia, Desa Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Senin (27/11/2023) lalu.
Hal tersebut diungkapkan oleh pihak keluarga dari masing-masing terduga pelaku, yaitu Bibi dan Satria.
Pihak keluarga Bibi, yang enggan disebutkan namanya mengatakan kejadian berawal dari satu orang terduga pelaku yaitu Satria, disuruh atau diperintah oleh seseorang yang bernama Zainal, yang merupakan otak pelaku. Zainal menyuruh Satria untuk mengambil barang tersebut ke wilayah perbatasan RI – Malaysia, tepatnya di kebun sawit daerah setempat.
“Di mana barang haram tersebut telah dibawa oleh Zainal dari wilayah Malaysia dan disembunyikan di kebun sawit wilayah Indonesia. Zainal pun menyuruh Satria untuk mengambilnya bersama satu orang sopir mobil Innova berwarna hitam yang telah disiapkan sebelumnya oleh Zainal,” terangnya kepada media ini, Sabtu (09/12/2023).
Kemudian, kata dia, Satria pun mengajak Bibi. Dan Bibi pun ikut. Berdasarkan keterangan Satria kepada Bibi bahwa yang akan mereka ambil barang milik orang yang ketinggalan.
“Kabarnya Bibi ini dijanjikan upah sebesar Rp500 ribu untuk ikut mengambil barang milik orang yang ketinggalan tersebut, sehingga Bibi pun mau,” ucapnya.
Singkat cerita, kata dia, mereka pun diperiksa dan ditangkap oleh personel Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonarmed 10/Bradjamusti Pos Kotis Nanga Badau sekitar pukul 02.00 WIB (dinihari), di Jalan Lintas Utara Sebindang. Namun seolah-olah mereka ditangkap di Batu Putih karena dokumentasi penangkapan diambil di Batu Putih.
“Anehnya, Bibi dan Satria saja yang ditangkap, sementara sopir mobil Innova berwarna hitam yang membawa mereka tersebut tidak ditangkap, bahkan sengaja dibiarkan kabur, dan yang anehnya lagi mengapa Zainal tidak berhasil ditangkap, padahal Zainal ada di rumahnya di daerah Badau,” ujarnya.
Pihak keluarga juga merasa aneh mengapa kasus tersebut putus pada dua tersangka saja. Tidak ada pengembangan, padahal masih ada rentetannya.
“Kasus ini menjadi tanda tanya besar di wilayah Badau ini, masyarakat menduganya bahwa oknum Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonarmed 10/Bradjamusti ini sengaja mengorbankan kedua terduga pelaku demi mengejar jabatan, pangkat dan penghargaan dari pimpinan mereka, dengan kata lain mereka menari di atas penderitaan orang lain,” ucapnya.
Dia menegaskan bahwa pihaknya tidak menentang hukum dan tak membenarkan perbuatan yang melanggar hukum. Namun, ia menyesalkan cara yang dilakukan oleh oknum personel Satgas Pamtas yang dinilainya tidak adil dan tidak profesional. Karena kasunya penuh kejanggalan, sehingga menjadi tanda tanya besar. Dirinya pun sangat menyayangkan dugaan ketidakprofesionalan dari oknum petugas.
“Harusnya Zainal ini ditangkap juga karena dia merupakan otak pelaku dan kunci dari sindikat narkotika yang ada di perbatasan Badau ini,” sebutnya.
Dirinya berkeyakinan kalau Zainal ditangkap, maka akan terungkap pula bahwa ada beberapa oknum aparat dan masyarakat setempat yang ikut terlibat dalam sindikat ini.
“Diduga barang haram tersebut sudah beberapa kali lolos, dengan jumlah puluhan kilo,” ungkapnya.
Senada disampaikan pihak keluarga Satria yang juga sebutkan namanya. Dia merasa aneh mengapa sopir yang ikut serta mengambil barang haram tersebut tidak ditangkap. Selain itu, otak pelaku yakni Zainal, juga tidak ditangkap.
“Diduga ini ada permainan oknum. Oleh sebab itu, saya selaku pihak dari keluarga Satria meminta keadilan yang seadil-adilnya kepada pihak penegak hukum,” harapnya.
Berdasarkan keterangan dari pihak keluarga, kedua terduga pelaku telah diterbangkan ke Jakarta untuk dilakukan proses hukum lebih lanjut.
Sementara Dansatgas Pamtas Yonarmed 10 Kostrad Mayor Arm Ady Kurniawan ketika diminta tanggapan menyampaikan bahwa terkait pengembangan kasus bukan wewenang pihaknya.
“Kalau masalah pengembangan lanjutan itu bukan kewenangan kami mas,” jawabnya membalas pesan WhatsApp awak media ini. (opik)
Discussion about this post