JURNALIS.co.id – Tahun 2021 Kabupaten Kapuas Hulu mendapatkan proyek rehabilitasi air baku Potan di Desa Tanjung Lasa Kecamatan Putussibau Utara yang bersumber dari dana APBN. Jumlah dana tersebut berkisar belasan miliar.
Namun sayangnya proyek yang sudah dikerjakan tersebut tak berjalan normal. Bahkan untuk mendapatkan air bersih masyarakat Desa Tanjung Lasa harus menggunakan mesin sedot lagi. Parahnya lagi kegiatan proyek tersebut pihak desa dan kecamatan tidak tahu progres serta besaran anggarannya.
Stevanus Steven, Kades Tanjung Lasa mengatakan, bahwa untuk pekerjaan air bersih Potan ini ada dua kali. Namun terkait anggaran dan progres pekerjaan pihaknya sama sekali tidak tahu.
“Setelah pekerjaan ini selesai juga, pihak pelaksana tidak ada koordinasi dengan desa. Tiba-tiba menghilang begitu saja mereka. Saya juga tidak pernah menandatangani berita acara penyelesaian pekerjaan itu,” ujarnya, Rabu (03/08/2022).
Steven mengatakan realisasi atau dampak pekerjaan rehabilitasi air baku di desanya ini tidak menunjukkan maksimal aliran airnya.
“Air yang mengalir ke masyarakat pun kadang ada kadang tidak. Air baru bisa mengalir jika disedot dengan mesin,” ujarnya.
Sebagai Kades dirinya sangat berharap dengan proyek embung pangkaran yang dikerjakan sebelumnya itu dapat digunakan masyarakatnya.
“Paling tidak air itu mengalir dululah secara maksimal di desa kami, barulah ke desa lain,” ungkapnya.
Sementara Sius Bintik, Kepala Dusun Jujuk Lasa mengatakan, sepengatahuan dirinya tahun 2021 memang ada proyek pengrehaban air baku Potan di desanya, namun dirinya tahu sama sekali berapa dananya.
“Cuma yang saya tahu kami pernah dipanggil saat sosialisasi kecamatan bahwa proyek ini adalah penambahan pipa dari simpang Betang Bali Gundi menuju pos air yang ada di Jalan Paulus,” ungkapnya.
Lanjutnya, dari hasil proyek yang dilaksanakan hingga hari ini air tidak mengalir secara maksimal tanpa dibantu mesin sedot.
“Mengalir alami ke rumah warga itu tidak bisa naik, harus dibantu pompa. Saya rasa proyek itu percuma saja jika airnya tidak mengalir maksimal sementara sumber airnya berada di desa kita. Rasanya aneh juga,” jelasnya.
Ditambahkan Paulus, Sekdes Tanjung Lasa mengatakan, pihaknya benar-benar tidak tahu ada proyek rehabilitasi air baku Potan di wilayahnya.
“Soalnya kami taunya sudah ada orang yang kerja didesanya. Karena kadamg-kadang pelaksana tidak ada lapor. Apalagi soal anggaran dan progres pekerjaannya kami pun tidak tahu,” jelasnya.
Paulus mengatakan, yang dirasakan masyarakatnya saat ini khususnya masyarakat RT 02 dan 03 yang dianggap teraliri air itu sampai sekarang ini masyarakat belum puas karena airnya mengalir seperti air kencing.
“Jadi jika tidak dibantu dengan mesin, air itu tidak bisa naik ke rumah,” ucap Paulus.
Sementara Rusdi Hartono Camat Putussibau Utara mengaku benar-benar tidak tahu soal proyek air Potan ini.
“Baik dari anggaran dan pekerjaan pun kami tidak tahu karena pelaksana tidak pernah melaporkan progresnya. Harusnya jika ada proyek APBN ini, minimal pelaksana lapor ke kita, karena kita takut juga kalau kedepan ada masalah,” pungkasnya. (opik)
Discussion about this post